Minggu, 24 November 2013

The Chronicles of Narnia The Lion, The Witch and The Wardrobe


Judul             : The Chronicles of Narnia-The Lion, The Witch and The Wardrobe
Resentator    : Ihza Fathdhien
Penulis           : C. S. Lewis
Penerbit        : PT. Gramedia
Kota Terbit   : Jakarta
Cetakan        : Kedua
Tahun           : 2006
Tebal Buku    : 216 halaman
Harga Buku   : Rp38.000,00


Ini adalah novel Narnia seri kedua yang ditulis oleh C. S. Lewis semasa hidupnya dalam seri The Chronicles Of Narnia. Novel ini merupakan kisah lanjutan dari novel sebelumnya, dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Perbandingan novel ini dengan novel Narnia sebelumnya, kisah yang disajikan di dalamnya cenderung lebih menarik dan lebih menantang. Kesan yang ditimbulkan penulis di dalamnya adalah membawa pembaca ke kisah petualangan di dunia Narnia dengan kemasan lebih modern dan lebih seru, sedangkan untuk novel sebelumnya, yaitu The Magician’s Ring, kesan yang timbul adalah cenderung menyelami petualangan di dunia yang sangat kuno sehingga nampaknya menakutkan dan membosankan.

Novel Narnia yang satu ini bercerita tentang empat orang anak Pevensie, yakni Peter, Susan, Edmund, dan Lucy yang diungsikan oleh ibunya ke Flinch dari London karena sedang berlangsung penyerbuan oleh Jerman. Awal kisahnya bermula ketika Lucy menemukan sebuah lemari kayu tua yang terlampau besar di sebuah kamar kosong di lantai dua kediaman Profesor Digory Kirke. Lucy lalu memasuki lemari tersebut dan mendapati dirinya berada di daerah salju yang kita sebut Tanah Narnia. Disana Lucy Pevensie bertemu dengan seekor faun, bernama Mr. Tumnus. Mr.  Tumnus bercerita beberapa penggalan peristiwa di Narnia, salah satunya kondisi Narnia yang indah ini yang selalu diliputi musim salju selamanya karena sihir Jadis, Si Penyihir Putih. Dia juga menyebut dirinya sebagai Ratu Penguasa Narnia.

Setelah beberapa lama, dia pun kembali dan menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Namun ketiga kakaknya tak satupun yang percaya. Dan suatu hari akhirnya mereka percaya setelah masuk ke lemarai tersebut karena bersembunyi dari kejaran Mrs. Macready, orang serumah yang tinggal dengan Profesor Kirke.

Di Narnia, mereka akhirnya berjumpa dengan keluarga berang-berang. Pak berang-berang selaku kepala keluarga bercerita banyak tentang Narnia. Dia mengatakan bahwa akan ada dua putra Adam dan dua putri Hawa yang akan menduduki Chair Paravel sebagai penguasa Narnia yang adil. Ada ramalan juga mengatakan bahwa jika manusia tersebut telah tiba dan menjadi raja ratu, maka bisa melenyapkan segala bentuk kutukan Penyihir Putih. Namun sayangnya salah seorang dari anak Pevensie, yaitu Edmund berpihak pada Jadis. Dia sebelumnya pernah berkunjung ke Narnia dan bertemu Jadis. Jadis menyuruh Edmund untuk membawa kalian bertiga ke Narnia agar ia bunuh untuk menghilangkan ramalan tersebut.

Ketiga anak Pevensie ini bingung dan tak mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Pak berang-berang bilang bahwa Aslan telah mendekat. Dia selanjutnya memerintahkan kita semua untuk menuju Stone Table, lalu ke Perkemahan Warga Narnia. Disanalah Aslan.


Sesampainya di Perkemahan Warga Narnia, Peter, selaku sulung, menemui Aslan dan memintanya untuk membebaskan Edmund. Aslan akan berunding dengan Jadis. Dan dia juga mengatakan pada Peter bahwa kelak dirinya beserta tiga adiknya akan menjadi penguasa Narnia. Aslan berdiskusi dengan Jadis. Jadis akhirnya bersedia membebaskan Edmund dengan syarat Aslan diminta datang sendiri ke Stone Table nanti malam.

Aslan pun dating dan seketika ia disiksa dan dibunuh oleh Jadis dan komplotannya. Namun yang berlaku di Stone Table adalah kutukan itu akan berbalik dan waktu akan berputar ke belakang. Karena peristiwa itu, Peter memutuskan untuk memerangi Penyihir Putih dengan bantuan pasukan Narnia. Jadis pun turut mempersiapkan sebanyak mungkin peralatan dan pasukan perang.

Peperangan pun berlangsung di sebuah lembah lapangan yang luas. Disini Peter sebagai pemimpin pihak Aslan dan Jadis sebagai pimpinan musuh. Setelah lama kemudian, pasukan Peter kemudian mulai terdesak dan mundur. Disaat yang sama, Aslan hidup kembali dan membawa Susan serta Lucy ke Istana Penyihir Putih. Aslan membebaskan seluruh patung batu yang ada disana dan membawanya ke medan pertempuran. Alhasil, sesampainya Aslan disana, ia berhasil membunuh Penyihir Putih beserta koloninya.

Peperangan telah berakhir dan dimenangkan pihak Aslan. Selanjutnya di Chair Paravel, Aslan mendaulat empat anak Pevensie sebagai Penguasa Narnia dengan Peter sebagai raja tertinggi. Mereka telah mematahkan ramalan itu dan memerintah Narnia secara adil dan damai. Hingga usia tua mereka, akhirnya menemukan kembali jalan masuk ke dunia nyata dan kembali muda.


Kelebihan dari novel ini adalah cerita fantasinya yang begitu bagus dan imajinatif. Banyak unsur-unsur yang bagus dan menakjubkan disini. Setting tempatnya, alur, benda-benda yang ditampilkan begitu menarik untuk dibaca. Tokoh-tokohnya pun digambarkan cukup jelas. Ending yang ditampilkan adalah happy ending, sehingga tidak membuat pembaca penasaran dan bingung, karena umumnya buku ini dikhususkan bagi anak-anak yang senang akan cerita-cerita bahagia. Selain itu, harga belinya juga murah.  Dari segi fisik, sampul buku ini diilustrasikan dengan sangat menarik, dengan warna dominan biru tua dan biru muda.

Kekurangan dari buku ini adalah bahasa yang digunakan begitu rumit, karena mungkin akibat yang timbul dari mekanisme penerjemahan dari novel aslinya yang berbahasa Inggris dan ditulis pada tahun 1940-an. Banyak penggunaan kalimat-kalimat kiasan untuk menggambarkan sesuatu. Novel ini sebenarnya adalah novel anak-anak dan remaja, namun bahasanya susah untuk dimengerti.


Novel ini sekiranya perlu dibaca oleh anak-anak hingga usia remaja. Ceritanya bagus dan penuh imajinasi. Bisa dijadikan inspirasi menulis dan tambahan pengetahuan. Selain itu novel ini juga bisa dijadikan sebagai bahan bacaan guna mengisi waktu luang dan hiburan. Tetapi bagi orang dewasa yang ingin membacanya juga tidak jadi masalah dan bahasanya mungkin cocok.

0 komentar:

Posting Komentar