Judul : The Chronicles of Narnia-The Lion, The Witch
and The Wardrobe
Resentator : Ihza Fathdhien
Penulis : C. S. Lewis
Penerbit : PT. Gramedia
Kota Terbit : Jakarta
Cetakan : Kedua
Tahun : 2006
Tebal Buku : 216 halaman
Harga Buku :
Rp38.000,00
Ini adalah novel Narnia seri
kedua yang ditulis oleh C. S. Lewis semasa hidupnya dalam seri The Chronicles
Of Narnia. Novel ini merupakan kisah lanjutan dari novel sebelumnya, dan
memiliki keterkaitan satu dengan yang lain. Perbandingan novel ini dengan novel
Narnia sebelumnya, kisah yang disajikan di dalamnya cenderung lebih menarik dan
lebih menantang. Kesan yang ditimbulkan penulis di dalamnya adalah membawa
pembaca ke kisah petualangan di dunia Narnia dengan kemasan lebih modern dan
lebih seru, sedangkan untuk novel sebelumnya, yaitu The Magician’s Ring, kesan yang timbul adalah cenderung menyelami
petualangan di dunia yang sangat kuno sehingga nampaknya menakutkan dan
membosankan.
Novel Narnia yang satu ini bercerita tentang empat
orang anak Pevensie, yakni Peter, Susan, Edmund, dan Lucy yang diungsikan oleh
ibunya ke Flinch dari London karena sedang berlangsung penyerbuan oleh Jerman.
Awal kisahnya bermula ketika Lucy menemukan sebuah lemari kayu tua yang
terlampau besar di sebuah kamar kosong di lantai dua kediaman Profesor Digory
Kirke. Lucy lalu memasuki lemari tersebut dan mendapati dirinya berada di
daerah salju yang kita sebut Tanah Narnia. Disana Lucy Pevensie bertemu dengan
seekor faun, bernama Mr. Tumnus. Mr.
Tumnus bercerita beberapa penggalan peristiwa di Narnia, salah satunya
kondisi Narnia yang indah ini yang selalu diliputi musim salju selamanya karena
sihir Jadis, Si Penyihir Putih. Dia juga menyebut dirinya sebagai Ratu Penguasa
Narnia.
Setelah beberapa lama, dia pun kembali dan menceritakan semua kejadian yang
dialaminya. Namun ketiga kakaknya tak satupun yang percaya. Dan suatu hari
akhirnya mereka percaya setelah masuk ke lemarai tersebut karena bersembunyi
dari kejaran Mrs. Macready, orang serumah yang tinggal dengan Profesor Kirke.
Di Narnia, mereka akhirnya berjumpa dengan keluarga
berang-berang. Pak berang-berang selaku kepala keluarga bercerita banyak
tentang Narnia. Dia mengatakan bahwa akan ada dua putra Adam dan dua putri Hawa
yang akan menduduki Chair Paravel sebagai penguasa Narnia yang adil. Ada ramalan juga
mengatakan bahwa jika manusia tersebut telah tiba dan menjadi raja ratu, maka
bisa melenyapkan segala bentuk kutukan Penyihir Putih. Namun sayangnya salah
seorang dari anak Pevensie, yaitu Edmund berpihak pada Jadis. Dia sebelumnya
pernah berkunjung ke Narnia dan bertemu Jadis. Jadis menyuruh Edmund untuk
membawa kalian bertiga ke Narnia agar ia bunuh untuk menghilangkan ramalan
tersebut.
Ketiga anak Pevensie ini bingung dan tak mengetahui
apa yang harus mereka lakukan. Pak berang-berang bilang bahwa Aslan telah
mendekat. Dia selanjutnya memerintahkan kita semua untuk menuju Stone Table, lalu ke Perkemahan Warga
Narnia. Disanalah Aslan.
Sesampainya di Perkemahan Warga Narnia, Peter, selaku
sulung, menemui Aslan dan memintanya untuk membebaskan
Edmund. Aslan akan berunding dengan Jadis. Dan dia juga mengatakan pada Peter
bahwa kelak dirinya beserta tiga adiknya akan menjadi penguasa Narnia. Aslan
berdiskusi dengan Jadis. Jadis akhirnya bersedia membebaskan Edmund dengan syarat
Aslan diminta datang sendiri ke Stone
Table nanti malam.
Aslan pun dating dan seketika ia disiksa dan dibunuh
oleh Jadis dan komplotannya. Namun yang berlaku di Stone Table adalah kutukan itu akan berbalik dan waktu akan
berputar ke belakang. Karena peristiwa itu, Peter memutuskan untuk memerangi
Penyihir Putih dengan bantuan pasukan Narnia. Jadis pun turut mempersiapkan
sebanyak mungkin peralatan dan pasukan perang.
Peperangan pun berlangsung di sebuah lembah lapangan
yang luas. Disini Peter sebagai pemimpin pihak Aslan dan Jadis sebagai pimpinan
musuh. Setelah lama kemudian, pasukan Peter kemudian mulai terdesak dan mundur.
Disaat yang sama, Aslan hidup kembali dan membawa Susan serta Lucy ke Istana
Penyihir Putih. Aslan membebaskan seluruh patung batu yang ada disana dan
membawanya ke medan pertempuran. Alhasil, sesampainya Aslan disana, ia berhasil
membunuh Penyihir Putih beserta koloninya.
Peperangan telah berakhir dan dimenangkan pihak Aslan.
Selanjutnya di Chair Paravel, Aslan mendaulat empat anak Pevensie sebagai Penguasa
Narnia dengan Peter sebagai raja tertinggi. Mereka telah mematahkan ramalan itu
dan memerintah Narnia secara adil dan damai. Hingga usia tua mereka,
akhirnya menemukan kembali jalan masuk ke dunia nyata dan kembali muda.
Kelebihan dari novel ini adalah cerita fantasinya yang
begitu bagus dan imajinatif. Banyak unsur-unsur yang bagus dan menakjubkan
disini. Setting tempatnya, alur, benda-benda yang ditampilkan begitu menarik
untuk dibaca. Tokoh-tokohnya pun digambarkan cukup jelas. Ending yang ditampilkan
adalah happy ending, sehingga tidak
membuat pembaca penasaran dan bingung, karena umumnya buku ini dikhususkan bagi
anak-anak yang senang akan cerita-cerita bahagia. Selain itu, harga belinya juga murah. Dari segi fisik, sampul buku ini
diilustrasikan dengan sangat menarik, dengan warna dominan biru tua dan biru
muda.
Kekurangan dari buku ini adalah bahasa yang digunakan
begitu rumit,
karena mungkin akibat yang timbul dari mekanisme penerjemahan dari novel
aslinya yang berbahasa Inggris dan ditulis pada tahun 1940-an. Banyak penggunaan kalimat-kalimat kiasan untuk
menggambarkan sesuatu. Novel ini sebenarnya adalah novel anak-anak dan remaja,
namun bahasanya susah untuk dimengerti.
Novel ini sekiranya perlu dibaca oleh anak-anak hingga
usia remaja. Ceritanya bagus dan penuh imajinasi. Bisa dijadikan inspirasi
menulis dan tambahan pengetahuan. Selain itu novel ini juga
bisa dijadikan sebagai bahan bacaan guna mengisi waktu luang dan hiburan. Tetapi bagi orang dewasa yang ingin membacanya juga
tidak jadi masalah dan bahasanya mungkin cocok.
0 komentar:
Posting Komentar